Laman

Selasa, 31 Januari 2012

Manajemen Bakul Kue 'Versiku'

Semakin mengenal dunia baking dan kuliner, aku menjadi semakin tertarik untuk lebih mendalami dan belajar. Tak bisa di pungkiri, kemajuan teknologi telah sangat membantuku untuk belajar dan terus belajar. Melalui internet aku banyak belajar dan mendapatkan ilmu tentang baking. Facebook, blog, situs kuliner dan milis adalah teman akrabku sehari-hari. Satu hal yang bisa aku jadikan pelajaran adalah, tidak selamanya dunia maya berdampak negatif, selama kita bisa memnfaatkan teknologi tersebut untuk kebaikan.

Pada awal aku mulai menjadi bakul kue, seringkali aku hanya mendapatkan laba yang sangat minim. Hal itu disebabkan karena aku masih sangat pemula di dunia bakul kue dan belum mengerti tentang manajemen bakul kue yang baik. Untuk menentukan harga jual, aku hanya menghitung biaya produksi untuk pembelian bahan baku, sedangkan biaya lain-lain untuk operasional seperti, listrik, gas dan tenaga kerja seringkali tidak aku hitung. Setelah banyak berteman dengan bakulers, akhirnya sedikit demi sedikit aku mulai memahami bagaimana manajemen menjadi bakul kue, mulai dari menghitung biaya produksi, mengatur waktu kerja, persiapan bahan, ide dekor, dll, sehingga aku mulai mendapatkan hasil yang cukup lumayan.

Dari hasil pengalamanku yang masih sangat minim dan pemula banget di dunia bakul kue rumahan, aku akan mencoba untuk sedikit berbagi tentang manajemen bakul kue menurut versiku,hehehehe…….. semoga membantu dan bermanfaat untuk teman-teman yang ingin menjadi bakul kue. Untuk memulai menjadi bakul kue, ada beberapa hal yang harus kita pahami, antara lain:

1. Produk
Untuk menjadi bakul kue, kita harus menentukan terlebih dahulu produk apa yang akan kita jual. Apakah kita hanya fokus pada satu produk saja seperti brownies, klapertart atau kita menjual aneka macam produk seperti cake, snack, cup cake atau cookies. Kita harus bisa membuat produk-produk tersebut dengan kualitas dan rasa yang sesuai dengan selera pasar atau dapat memuaskan customer.

Ada banyak cara untuk bisa belajar membuat cake, snack, cup cake atau cookies. Kita bisa belajar secara otodidak dengan cara mencoba sendiri resep-resep yang sudah teruji. Resep-resep tersebut bisa kita dapat dari tabloid atau majalah kuliner, buku resep, situs web, dll. Selain itu, kita juga bisa mengikuti kelas-kelas kursus yang diadakan oleh pakar kuliner, tapi tentu saja kita harus rela merogoh kocek lebih dalam untuk bisa mengikuti kursus.

Kalau aku pribadi, sejauh ini hanya belajar secara otodidak alias belum pernah mengikuti kursus. Sebenarnya pengen banget bisa mengikuti kursus untuk lebih menambah ilmu bakingku, terutama kursus yang di pandu oleh bu Fatmah Bahalwan. Semoga suatu saat impianku bisa terwujud untuk bisa bertemu dengan bu Fatmah Bahalwan, amien……….

2. Menentukan harga jual
Setelah kita menentukan produk apa yang akan kita jual, selanjutnya kita harus menentukan harga jual dari produk-produk tersebut. Sebelumnya, terlebih dahulu kita harus menghitung biaya produksi yang dikeluarkan. Biaya produksi tersebut terdiri dari biaya bahan baku dan juga operasional seperti, biaya gas, listrik, tenaga kerja, termasuk juga di dalamnya biaya packing/kemasan. Kalo biaya produksi sudah di hitung, selanjutnya kita bisa menentukan berapa profit atau laba yang kita inginkan, sehingga kita bisa menentukan harga jual untuk produk yang kita buat.

Untuk bakul kue rumahan, sebaiknya kita juga menentukan minimal order untuk produk yang kita buat. Karena bakul kue rumahan rata-rata membuat produk setelah ada orderan, jadi dengan menentukan minimal order, memudahkan kita untuk menentukan berapa resep yang akan kita pakai sehingga kita bisa mengetahui berapa banyak bahan baku yang kita butuhkan. Misalnya untuk snack seperti kue sus, 1 resep menghasilkan 25pcs, maka kita bisa tentukan minimal order 25pcs atau untuk brownies 1 resep menghasilkan 2 loyang uk 30x10cm, maka kita bisa tentukan minimal order 2 loyang untuk brownies.

3. Lokasi atau tempat usaha
Penentuan lokasi atau tempat usaha juga merupakan faktor penting dalam memulai usaha bakul kue. Menurutku ada 2 jenis lokasi yang bisa dipilih yaitu,

• Membuka bakery/toko kue
Jika kita memilih untuk membuka bakery / toko kue, maka kita harus bisa memilih lokasi yang tepat serta sesuai dengan pangsa pasar yang akan kita bidik. Yang paling penting adalah, lokasi tersebut diutamakan berada di pinggir jalan dan berada di pusat-pusat keramaian sehingga memudahkan customer yang akan membeli produk kita.
Kita bisa membuka toko kue di mall, sekitar kampus, sekolah ataupun pasar, karena tempat-tempat tersebut merupakan pusat keramaian yang sering dikunjungi banyak orang.

Dengan membuka toko kue, maka kita juga harus menghitung biaya sewa tempat, pajak dan gaji penjaga toko tiap bulannya. Biaya tersebut juga nantinya akan termasuk ke dalam biaya produksi sehingga ikut menentukan harga jual. Selain itu, kita juga harus menyediakan produk yang akan kita jual atau dengan kata lain, cake, snack, cup cake atau cookies yang kita jual harus ready stok untuk display.

• Media online
Dengan adanya kemajuan teknologi, kita tidak lagi mengalami kesulitan untuk memulai suatu usaha, terutama untuk bakul kue pemula dengan modal minim, kita bisa memanfaatkan teknologi dengan menjadi bakul kue online, seperti yang selama ini aku lakukan. Meskipun hanya melalui media online, menurutku bisa lebih efektif dan efisien karena kita bisa menjangkau pasar yang jauh lebih luas dengan biaya operasional yang minim, karena kita dapat menghemat biaya sewa toko dan gaji penjaga toko yang harus dikeluarkan. Media online dapat menjangkau calon customer tidak hanya dalam satu wilayah, tapi juga melintasi kota, pulau bahkan negara, dengan hanya bermodal komputer dan fasilitas internet yang mudah di jangkau untuk pemula sekalipun.

4. Promosi
Apabila ketiga hal tersebut sudah tepenuhi, selanjutnya diperlukan adanya promosi untuk memperkenalkan produk kita kepada calon customer. Promosi dapat dilakukan dengan banyak cara, seperti pemberian tester kue, brosur, pasang iklan di media cetak atau radio, membuat blog n facebook, pameran, dll. Salah satu contoh promosi yang efektif adalah dengan pemberian tester, karena kita bisa melakukan tes selera pasar dan mengetahui respon dari calon customer apakah produk kita sudah layak jual atau belum. Jika customer puas dengan produk yang kita bikin, mereka bisa membantu kita dengan promosi dari mulut ke mulut atau dalam bahasa jawa disebut ‘getok tular’, ini merupakan salah satu bentuk promosi yang efektif.

Kalo pengalamanku pribadi, promosi yang selama ini aku lakukan adalah dengan pemberian tester dengan membuatkan cake ultah untuk orang-orang terdekat dan membuat snack untuk acara-acara keluarga. Aku juga berpromosi melalui facebook dan blog. Tiap kali membuat cake atau snack, aku tidak lupa selalu memotret hasil bakingku dan upload di facebook dan blog, meskipun hanya menggunakan kamera hp (karena belum punya kamera digital or DSLR, hehehhe……). Alhamdulillah, cara promosi yang selama ini aku lakukan terbukti efektif dan berbuah order


Apa yang aku tuliskan di atas hanyalah sharing sependek pengetahuanku sebagai bakul kue pemula. Mohon maaf kalau ada yang tidak sependapat dengan tulisanku dan semoga dapat membantu dan menambah sedikit wawasan untuk teman-teman yang sudah membaca. keep spirit n happy baking....^_*

10 komentar:

  1. halo mba' salam kenal
    senang banget deh ketemu blognya
    trus nemu lagi tulisan ini, aq jadi berani juga untuk mulai berjualan, biarpun masih kalangan keluarga n teman2 kantor...
    mba..aq ijin copas resep2nya yg ada di blog yahh..
    trims

    BalasHapus
  2. salam kenal juga mbak,
    Alhamdulillah kalo isi blogku bs bermanfaat utk mbak, ayo mbak semangat n ga boleh malu utk jualan kue,hehehehe......
    silahkan di copas resepnya gpp, mudah2an bermanfaat n barokah ya mbak

    BalasHapus
  3. Salam kenal..
    saya masih bingung bagaimana untuk pemula yang baru ingin mencoba & berlokasi di rumah sendiri.
    apakah perlu ijin dari ijin usaha, depkes, mui dll seperti toko-toko roti?
    dan apakah akan langsung kena pajak meski baru buka & mungkin masih terbatas konsumen & labanya?
    lalu bila memang harus dilakukan bagaimana saja langkah2nya ya?
    mohon bantuan sharing pengalamannya, terima kasih

    BalasHapus
  4. salam kenal juga, maaf baru sempat balas komennya;D
    kalo saranku ya mbak, untuk pemula mbak ga harus kok punya surat ijin usaha, depkes, mui dll. kecuali rumahnya mbak berada di pinggir jalan besar, trus mbak mau buka toko kue dan pasang papan nama, maka mbak harus urus ijin usaha dan pajak.

    tapi kalo usaha mbak, bakul kue rumahan yang terima order berdasarkan pesanan aja, aku rasa ga harus kita bikin surat ijin usaha, kecuali kalo ntar usahanya sudah besar dan dikenal.

    kalo pengalamanku dalam memulai usaha kue, aku gunakan fasilitas media online facebook dan blog sebagai media promosi mbak. aku juga kasih tester ke teman dan orang-orang yang aku kenal sambil promosi kalo aku sekarang terima pesenan kue.

    Alhamdulillah dengan 2 cara itu, aku bisa mengembangkan usahaku sampai dg sekarang sudah 1,5 tahun dan bisa membeli alat-alat baking dari hasil kue.

    semoga membantu ya mbak

    BalasHapus
  5. Thanks ya mbak uda mau berbagi info n pengalamannya :).
    Aku baru mulai usaha brownies. Pengen jual online juga *selama ini baru terima orderan dari keluarga dan tetangga*, cuman bingung nanti packing nya gmn ya? Spy brownies nya ga hancur pas sampai d tangan customer? dan juga ekspedisi yang aman buat kirim kue? Bisa share tips n trik n info seputar packing n ekspedisi mbak?
    Tengkyuu :))

    BalasHapus
  6. aq juga baru dlm dunia ini,, permasalahan ku sekarang harga saing pasar mbk,, kemarin waktu tanya2 harga bolu di pasar ukuran sktr 23cm yg bolong tngah na tu murah2 sekali skitar 20 sampe 25rb,, sementara saya bikin sendiri ukuran yang sama modal na ja lebih dari yg di jual2 di pasar itu,, saya sampe heran,, koq bisa ya,, nah temen suami saya mau order ke saya,, tp pake harga pasar,, ya saya ga mau,, bingung nih,,

    BalasHapus
  7. mbk yuliana,,klu mnurut sy,,jelas berbeda,,klu rumahan bahan2 udah jelas yg sehat dn trjamin,,klu dpasaran blm tentu mbk,, cb mbk ksih pngertian k calon costumer mbk,,lagian klu hrga jual kue mbk lbh mhal dr pasar tp kualitas dn rasax enak, costumer bakal puas kok,,
    Semangat mbk...^_^

    BalasHapus
  8. infonya donk mba untuk packing dan ekspedisi nya bagaimana agar tidak hancur di tangan customer??

    makasih untuk saran dan masukannya..

    BalasHapus
  9. Assalamualaikum wr. Wb. Salam kenal bwt mb Ratih n blog readers. Sy Intan. Aq udah cb2 terima pesanan kue dr tetangga sejak SMP. Tp pas udah kuliah stop jualan. Wkwkwk... Mbak,sy bantu jawab y. (ijin ke mbak ratih). Setahu saya harga kue di pasar bisa semurah itu karena mereka beli bhn bakunya massal mb. Misal: beli tepung segitiga biru karungan, DCC beli yg 1papan (5kg), coklat bubuk yg 1kg, keju yg kemasan 2kg, margarin/butter beli yg kemasan kardus, telur beli sepeti, dll. Bayangin aja. Kalo qt beli DCC yg 250g d spm besar kan hargax +- 17rb. Kalo beli yg sepapan tuh cm 145rb. Aplg kalo belanja dg jmlh lbh besar. Kn bs dpt disc. Jd harga jual bs sangat dtekan muraaah bgt mb. Hehe... Trims. Semoga membantu mbak.

    Intan-sby

    BalasHapus
  10. Salam kenal mbak ;). Mbak kalo usaha kue rumahan dan dijual dlm kemasan dan menempelkan stiker pada kemasan apa harus ada ijinnya mbak? Misalnya pada stiker tercantum "ABG"(sebagai brand name) "Kue Putri Salju"(sebagai nama produk), tujuan penempelan stiker sebenarnya agar kemasan makin menarik mbak, dan supaya konsumen tau produk yang mereka beli. Apa harus dapatkan ijin dari DEPKES mbak untuk usaha rumahan kue kering lebaran yang dijual di kalangan teman dan tetangga? Kalau promosi melalui Facebook apakah free mbak dan tidak ada ijin dagangnya? Makasih banyak ya mbak dan saya mohon balasannya ;).

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...