Laman

Kamis, 15 Maret 2012

Customerku Membohongiku

Sebagai bakul pemula, aku ingin berbagi cerita tentang pangalamanku ketika menerima orderan cake ultah.

Ceritanya aku alami pada September 2011, ketika ada seorang kawan lama yang tiba-tiba sms dan bilang kalo mau pesen cake ultah untuk anaknya. Temenku minta round cake dengan ukuran paling besar (d.30cm) dan base cakenya brownies kukus cokelat. Dia juga minta di dekor pake pagar cokelat pink dan pita ungu, untuk edible foto, dia sendiri yang akan pesan ke salah satu teman yang punya usaha edible printing (kebetulan aku juga bermitra dengan teman yangg punya usaha edible printing). Selain permintaan tersebut, dia juga minta harga special karena teman lama, karena masih pemula dan aku anggap itung-itung promosi, akhirnya aku kasih discount. Ok, setelah terjadi komunikasi akhirnya deal untuk order cake ultah yg akan di ambil 1 minggu kemudian. Tapi, entah kenapa di hatiku ada sedikit keraguan tentang orderan kali ini, tapi aku berusaha untuk tetap positif thinking dan berusaha memberikan pelayanan yang baik kepada customer. Karena merasa customer adalah teman lama dan aku juga masih sangat pemula jadi bakul kue, aku tidak meminta DP sebagai tanda jadi, karena aku percaya pada temanku itu.

H-4 aku mulai belanja dan menyiapkan bahan. H-3, cokelat pagar udah di bikin, pita ungu udah di beli, dus cake juga udah di rangkai, bahan-bahan pun udah siap, aku juga masih komunikasi dan smsan tentang orderan cake tersebut, katanya dia sudah pesan ediblenya dan akan diantar ke rumah pada H-1. H-2 kami pun masih komunikasi dan smsan tentang kepastian orderan cake tersebut, dia juga tanya alamat lengkap rumahku karena aku tidak bisa mengantar cakenya sesuai permintaan. Rencanaku base cake brownies kukus cokelat aku bikin H-1 malam dan keesokan paginya setelah subuh baru aku dekor.

H-1 siang, karena posisi masih di kantor, aku telepon ke rumah untuk menanyakan apakah edible foto pesenan temanku udah diantar, dan ternyata belum di antar. Pikiranku mulai tidak tenang, tapi aku tetap berusaha untuk positif thinking, mungkin nanti sore ediblenya di antar. Karena mulai resah dan tidak tenang, aku pun sms temanku untuk menanyakan sekali lagi tentang kepastian orderan cake ultah untuk anaknya, tapi tidak ada balasan. Sore sekitar jam 3, aku kembali sms temanku dan lagi-lagi tidak ada balasan. Aku jadi semakin panik, dan setelah pulang kantor, aku telepon temanku dan tidak di jawab, berulang kali aku telepon dan tetap tidak di jawab. Karena teleponku tidak di jawab, aku sms sekali lagi dan hasilnya tetap sama, smsku ga di balas dan teleponku tidak di jawab. Aku pun mulai ragu untuk membuat base cakenya, karena tidak ada kepastian dari temenku, meskipun sebelumnya sudah ada kesepakatan. Aku tunggu sampai jam 18.30 WIB juga tidak ada kabar. Lalu aku menghubungi temenku yg punya usaha edible printing dan menanyakan apakah temenku pesen edible. Jawaban temanku yg punya usaha edible printing itu sangatlah mengejutkan karena ternyata temanku tidak pesan edible, dia hanya tanya2 harga dan tidak pesan untuk hari H, seperti yang dia bilang padaku. Hhhuuuuuuuuuaaaaaaa…………pengen nangis guling2 rasanya, karena aku udah belanja dan menyiapkan segala bahan baku dan pernak-perniknya, ternyata temanku membohongiku. Untuk terakhir kalinya aku berusaha telepon untuk memastikan dan ternyata tetap tidak di jawab. Akhirnya aku putuskan untuk sms dia dan bilang kalo aku tidak akan membuatkan cake ultah untuk anaknya. Benar-benar pengen nangis rasanya dan sakit hati banget diperlakukan seperti itu oleh teman sendiri. Aku jadi ga habis piker, apa sebenarnya maksud dan tujuannya membohongiku seperti itu, kalo emang ga jadi order, harusnya kan dia bisa memberitahuku sebelumnya, jadi aku ga sakit hati seperti ini.

Sampai cerita ini aku tulis, temanku tidak pernah meminta maaf atau memberi penjelasan tentang kejadian itu. Aku berusaha mencari tahu apakah memang pada hari H anaknya ultah dan ternyata memang benar anaknya ultah. Aku pun sampai hari ini tidak pernah bertemu lagi dengan temanku itu dan dia pun tidak pernah menghubungiku. Aku berusaha untuk ikhlas dan sabar aja, karena aku percaya dan yakin dengan kuasa Allah SWT, jika kita berbuat baik pasti akan mendapat balasan baik, begitupun sebaliknya. Aku anggap kejadian ini adalah ujian pertamaku jadi bakul kue.

Di balik ikhlas dan sabarku, ternyata Allah memang Maha Kuasa, tidak sampai 1 minggu setelah kejadian itu, aku mendapat orderan edible cake dengan permintaan yang hampir sama dengan permintaan temanku, hanya beda di warna pita. Alhamdulillah……seperti mimpi rasanya, akhirnya bahan dan pernak-pernik yang sudah aku siapkan bisa terpakai. Terima kasih ya Allah, tidak henti-hentinya aku mengucap syukur pada Allah karena sudah memberiku rizki pengganti orderanku yang batal.

4 komentar:

  1. Ikut sebel, sedih dan dongkol bacanya mba..tapi ikut seneng baca terakhirnya..memang benar, Allah bersama orang2 yg sabar ya.. :)

    BalasHapus
  2. amien......
    rencana Allah emang indah ya mbak Ajeng;)

    BalasHapus
  3. Saaaabaaaar ya Mba...memang begitulah suka duka bakuler ky kita...sypun pernah ngalaminnya...Insya Allah dapet ganti yg lebih baik...:)

    BalasHapus
  4. Amien......insyAllah mbak;)
    dunia bakulan emang unik, penuh dg cerita yg berwarna-warni ya mbak,hehehehe......

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...